TEORI-TEORI KOMUNIKASI MASSA
A. Macam
Teori Komunikasi menurut Buku Pengarang Dennis McQuail
1. Teori
Ilmu Pengetahuan social (Social Scientific Theory)
Teori ini berlandaskan
pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sifat dasar cara kerja dan pengaruh
komunikasi massa yang bersumber dari observasi sistematis yang sependapat
mungkin diupayakan bersifat objektif.
Contoh : Media massa
seperti televise yang menayangkan tentang berita olahraga, yang menjadikan
orang mengerti tentang info olahraga.
2. Teori
Normatif (Normative Theory)
Teori ini berkenaan dengan masalah
bagaimana seharusnya media berperan ketika serangkaian nilai social ingin
diterapkan dan dicapai dengan sifat dasar nilai tersebut.
Contoh : Iklan minyak
telon untuk bayi itu yang orang tuanya menggunakan kebaya dan menayangkan sifat
dasar dan menggunakan baju adat jawa yang merupakan salah satu kebudayaan
Indonesia.
3. Teori
Praktis (Operational Theory)
Teori ini menjelaskan tentang
tujuan media, cara kerja yang seharusnya diharapkan agar seirama dengan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang sifatnya abstrak.
Contoh : Media Televisi
yang menyediakan berbagai tayangan yang sangat banyak, jadi jika orang ingin
menonton berita pasti menyaksikan metro tv atau tvone, kemudian jika ingin
hiburan sinetron pasti langsung menonton sctv atau rcti.
4. Teori
Akal Sehat (Commonsense Theory)
Teori ini merupakan pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap orang dengan begitu saja atau melalui pengalaman
langsung dengan masyarakat.
Contoh : Reporter pada
salah satu televise yang melakukan lupitannya dengan orang yang tempat tinggal
dan pekerjaannya itu di sawah daerah pelosok. Jadi reporter memberikan kepada
khalayak luas tentang pengalaman yang ia dapat dari liputannya itu.
B. Teori
Komunikasi Massa Menurut Buku Karangan Nurrudin
- Hypodermic
Needle Theory (Teori Jarum Suntik / Teori Peluru / Teori Satu Langkah)
Teori ini dalam menyampaikan pesan
tidak ada campur tangan diantara pesan dan penerima. Jadi dalam proses komunikasi
tidak ada perantara atau langsung diterima oleh komunikan. Dalam literatur
komunikasi massa, hal tersebut sering disebut dengan istilah teori jarum suntik
hipodermik, karena pesan diibaratkan sebagai isi senapan yang langsung mengenai
sasaran tanpa perantara. Artinya pesan yang dikirim akan langsung mengenai
sasaran yakni penerima pesan, seperti peluru yang langsung mengenai sasaran.
Contoh : Ketika ada
orang yang sengaja untuk membuat kaget temannya yang tidak tahu akan dirinya.
Pada saat itu juga orang yang dikageti itu pasti secara otomatis akan menjerit
atau bagaimanapun untuk melampiaskan rasa kagetnya itu. Jadi tidak ada
perantara tetapi secara langsung dalam waktu tersebut. Dan bisa jadi orang
tersebut mengabaikannya karena kesal dengan kagetannya, tetapi ada juga yang
menanggapinya karena dianggap becanda.
- Cultivation
Theory
Teori kultivasi ini diawal
perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televise / audience,
khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan ditelevisi. Akan tetapi dalam
perkembangannya, teori tersebut dapat digunakan untuk kajian diluar tema
kekerasan. Dapat dibedakan adanya perbedaan antara pandangan orang tua dengan
dengan remaja tentang permasalahan. Media memengaruhi penonton dan
masing-masing penonton itu meyakininya. Jadi, para pecandu televisi akan
memiliki kecenderungan sikap yang sama satu sama lain. Penelitian kultivasi
menekankan bahwa meida massa merupakan agen sosialisasi dan menyelidiki apakah
penonton televise itu lebih mempercayai apa yang disajikan televise dari pada
apa yang mereka lihat sesungguhnya.
Teori kultivasi menganggap bahwa
televisi tidak hanya disebut sebagai jendela / refleksi kejadian sehari-hari
disekitar kita, tetapi dunia itu sendiri. Gerbner berpendapat bahwa gambaran
tentang adegan kekerasan ditelevisi lebih merupakan pesa simbolik tentang hukum
atau aturan. Dengan kata lain, perilaku kekerasan yang diperlihatkan ditelevisi
merupakan refleksi kejadian di sekitar kita. Efek kultivasi memberikan kesan
bahwa televise mempunyai dampak yang sangat kuat pada diri individu.
Teori kultivasi menganggap bahwa
penonton itu pasif. Teori kultivasi lebih memfokuskan pada kuantitas menonton
televisi atau terpaan dan tidak menyediakan perbedaan yang mungkin muncul
ketika penonton menginterpretasikan siaran-siaran televise.
Contoh : Seseorang
yang dalam perannya di televise ia dapat terbang tinggi, tetapi kenyataannya ia
tidak dapat terbang karena tidak punya sayap. Tetapi dengan orang yang sudah
tua pasti menganggapnya bisa terbang beneran, padahal itu menggunakan alat
untuk bisa terbang. Tetapi dikarenakan seperti terbang beneran jadi banyak
orang tua yang percaya akan bisa terbang dalam kenyataannya.
- Cultural
Imperialism Theory
Teori ini menyatakan bahwa Negara
barat mendominasi media diseluruh dunia. Disebabkan karena media barat
mempunyai efek yang kuat untuk memengaruhi media dunia ketiga dalam perspektif
teori ini ketika terjadi proses peniruan media Negara berkembang dari Negara
maju saat itulah terjadi penghancuran budaya asli di Negara tersebut.
Salah satu yang mendasari munculnya
teori ini adalah pada dasarnya manusia tidak mempunyai kebebasan untuk
menentukan bagaimana mereka berfikir apa yang dirasakan dan bagaimana mereka
hidup. Teori ini juga menerangkan bahwa ada satu kebebasan kebenaran yang
diyakininya.
Teori imperialisme budaya ini pun
tidak lepas dari kritikan. Terlalu memandang sebelah mata kekuatan audience
didalam menerima terpaan media massa dan menginterpretasikan pesan-pesannya.
Artinya teori tersebut menganggap bahwa budaya yang berbeda (lebih maju) akan
selalu membawa pengaruh peniruan pada orang-orang yang berbeda budaya. Terpaan
yang terus-menerus oleh budaya yang berbeda akan membaawa pengaruh perubahan
Contoh
: dalam penggunaan bahasa khas Negara kita sendiri yang mulai saat ini mulai
pudar sedikit demi sedikit, dikarenakan sekarang ini sudah mulai terbanjiri
dengan bahasa asing (bahasa inggris). Yang mulai saat ini anak TK pun sudah
mulai di ajarkan bahasa inggris dank arena itulah pasti budaya kita bahasa
Indonesia perlahan akan luntur. Dan lunturnya bahasa khas Negara kita juga
dapat disebabkan oleh remaja-remaja yang mulai menomor 2 kan bahasa khas kita,
tetapi malah mngubah bahasa khas kita menjadi bahasa yang tidak baku atau bisa
disebut dengan bahasa gaul. Itu dapat menghilangkan budaya bahasa Negara kita
karena sudah tidak digunakan lagi dan tergantikan dengan bahasa gaul tersebut.
4. Media
Equation Theory
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Byron
Reeves dan Clifford Nass. Teori ini relative sangat baru dalam dunia komunikasi
massa menurut Asumsi teori ini, manusia diibaratkan manusia. Teori ini memperlihatkan
juga bahwa media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara
individu seperti dalam situasi face to face.
Contoh : di televise
menayangkan sebuah berita tentang seorang anak pemungut rosok yang begitu hebat
merawat dan menghidupi ibunya yang sudah lumpuh. Berita tersebut memberitakan
kehidupan si anak tersebut dalam mencari uang untuk makan dan sampai dipukuli
oleh orang karena mengambil rosok yang ternyata masih dipakai sang pemilik.dari
informasi berita tersebut, para penonton televise ada yang merasa sedih karena
anak tersebut dipukuli orang, ada yang merasa kagum karena berjuang untuk
ibunya, da nada yang acuh dengan berita ini juga.
5. Spiral
of Silence Theory
Secara
ringkas teori ini ingin menjawab pertanyaan mengapa orang-orang dari kelompok
minoritas sering merasa perlu untuk
menyembunyikan pendapat dan pandangannya ketika dalam kelompok mayoritas.
Seseorang sering serasa menyembunyikan “sesuatu”nya ketika dalam kelompok
mayoritas. Bahkan orang yang sedang berada dalam mayoritas sering merasa perlu
mengubah pendiriannya. Sebab, kalau tidak mengubah ia akan merasa sendiri.
Kajian
Noelle ini menitik beratkan peran opini dalam interaksi social. Opini public
sebagai sebuah isu kontroversial akan berkembang pada saat dikemukakan melalui
media massa. Opini yang berkembang dalam kelompok mayoritas dan kecenderungan
seseorang untuk dalam (sebagai basis dasar teori spiral kesunyian) karena dia
berasal dari kelompok minoritas juga bisa dipengaruhi oleh isu-isu dari media
massa. Teori ini memiliki suatu kekurangan. Jika seseorang mempunyai pendirian
yang sangat kuat, orang tersebut tidak akan mudah mengikuti opini mayoritas
yang ada disekitarnya.
Contoh:
Ibu-ibu PKK yang mengadakan acara liburan ke suatu tempat yang mewah dan hampir
semuanya sangat setuju dan ikut karena mereka mempunyai biaya yang lebih,
tetapi ada salah satu ibu yang tidak setuju sendiri karena tidak mempunyai
biaya untuk liburan tersebut. Dan ibu itu diam saja tidak angkat bicara untuk
menolak acara tersebut satu sama lain, tetapi ada satu ibu tersebut yang tidak
terbuka dengan mereka karena pekerjaan suaminya yang hanya sedang-sedang untuk
kebutuhan sehari-harinya.
6. Technological
Determinism Theory
Ide
dasar teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi akan membentuk pula
keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana
cara berfikir, berperilaku dalam
masyarakat, dan teknologi tersebut akhirnya mengarah manusia untuk bergerak
dari satu abad teknologi ke abad yang lain.
Ada
beberapa tahapan yang layak disimak dalam cara kita berkomunikasi :
a. Penemuan
dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya.
b. Perubahan
didalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia.
c. Membentuk
peralatan untuk berkomunikasi dan akhirnya kita gunakan membentuk / memengaruhi
kehidupan kita sendiri.
Media
adalah alat untuk memperkuat, memperkeras dan memperluas fungsi dan perasaan
manusia. Masing-masing penemuan media baru betul-betul dipertimbangkan untuk
memperluas beberapa kemampuan dan kecakapan manusia.
McLuhan
membagi 4 periode yang memperluas perasaan dan pikiran manusia, yaitu Era
Kesukuan, Era Tulisan, Era Mesin cetak, Era elektronik.
Contoh
: Setiap hari saya membbuka facebook untuk mencari informasi teman-teman saya,
ketika itu hp saya sedang rusak dan otomatis saya tidak bisa membuka facebook
untuk sementara waktu. Dan betapa gelisahnya aku ketika tidak bisa membuka
faacebook dan saya pasti ketinggalan banyak informasi.
7. Diffusion
of Inovation Theory
Didalam
teori ini dikatakan bahwa komunikator yang mendapatkan pesan dari media massa
sangat kuat untuk memengaruhi orang-orang. Dengan demmikian, adanya
inovasi(penemuan), lalu disebarkan (difusi) melalui media massa akan kuat
memengaruhi massa untuk mengikutinya. Difusi adalahmengacu pada menyebarnya
informasi baru, inovasi atau proses baru ke seluruh masyarakat. Inovasi ini
dapat bermacam-macam. Adopsi mengacu pada reaksi positif orang terhadap inovasi
dan pemanfaatannya..
3
tahap dalam proses adopsi yang diidentifikasi oleh William McEwen :
a. Pada
tahap akuisi informasi orang memperoleh dan memahami informasi tentang inovasi.
b. Pada
tahap evaluasi informasi, orang mengevaluasi tentang informasi.
c. Pada
tahap adopsi atau penolakan orang mengadopsi (melaksanakan) / menolak
informasi.
Jelas
bahwa orang tidak memilih mengadopsi atau menolak inovasi pada waktu bersamaan.
Periset dalam bidang difusi membedakan 5 tipe adopter :
a. Innovator
adalah mereka yang pertama-tama mengadopsi inovasi. Innovator ini belum tentu
pencetus gagasan baru, tetapi merekalah yang memperkenalkan secara cukup luas.
b. Adopter
awal, (kadang-kadang dinamai pembawa
pengaruh yang sering diperankan oleh pemimpin opini) melegitimasi gagasan dan
membuatnya diterima oleh masyarakat pada umumnya.
c. Mayoritas
awal mengikuti pembawa pengaruh dan melegitimasi
lebih jauh inovasi ini.
d. Mayoritas
akhir mengadopsi inovasi agak belakangan.
e. Kelompok
yang tertinggal (laggards), kelompok terakhir yang
mengadopsi inovasi, mungkin mengikuti jejak orang-orang dari 3 kelompok
terdahulu.
Contoh
: Majalah remaja yang memuat tentang kebutuhan remaja misalnya alat pengganti
kaca mata yang baru dan praktis ketika digunakan, yaitu Lensa kontak. Yang
berfungsi sebagai pengganti kaca mata dan dapat memperindah mata serta menarik
perhatian banyak orang untuk memperhatikan. Lensa kontak tersebut yang di
iklankan melalui majalah remaja tentunya yang kiranya banyak peminat, membuat
para remaja yang ingin eksis dan mengubah penampilannya menjadi lebih bagus
lagi pasti tertarik dengan adanya lensa kontak tersebut. Maka dari itu banyak
remaja yang segera membeli lensa kontak dan mencari informasinya melalui
majalah remaja tersebut dan bahkan banyak remaja yang tidak mempertimbangkan
harganya karena sudah terpengaruh oleh manfaat lensa kontak dari majalah
tersebut.
8. Uses
and Gratification Theory (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori
ini mengatakkan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media. Jadi media adalah pihak yang aktif dalam komunikasi. Teori
ini bukan lagi melihat pada pengaruh media terhadap khalayak, tetapi apa
yang dilakukan khalayak terhadap media.
Teori
ini ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media mana yang harus
dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Serta lebih menekankan pada pendekatan
manusiawi dalam melihat media massa, karena manusia mempunyai otonomi, wewenang
untuk memberlakukan media. Konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan
bagaimana (lewat media massa) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu
akan berdampak pada dirinya, karena teori ini mempunyai pengaruh jahat dalam
kehidupan.
Cara bekerjanya
teori ini : upaya yang diperlukan = janji imbalan per Probabilitas seleksi .
Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain :
a. Pelarian
dari rasa khawatir.
b. Peredaan
easa kesepian.
c. Dukungan
emosional.
d. Perolehan
informasi.
e. Kontak
social.
Contoh : Siswa SMP
yang merasa tidak cukup dengan pelajaran yang ia dapat di sekolahan dan ia
menginginkan pembelajaran lebih, tetapi ia tidak mampu untuk mengikuti
bimbingan belajar. Kemudian ia memdapatkan jalan lain yaitu dengan menonton
televise yang menyajikan tentang pembelajaran anak SMP yang biasanya di
tayangkan di TVRI dan setelah dia tahu tentang program itu, bergegaslah ia
untuk selalu menyaksikan acara itu setelah pulang dari sekolah. Jadi anak
tersebut mengikuti media massa karena kebutuhannya dan ketersediaan medianya.
- Agenda
Setting Theory
Secara singkat teori penyusunan
agenda ini mengatakan media tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita
pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir
tentang apa.
Teori ini mempunyai asumsi bahwa
media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat
pada gagasan tertentu. Agenda media akan menjadi agenda masyarakatnya.
Beberapa catatan yang perlu
dikemukakan untuk memperjelas teori ini :
1. Mempunyai
kekuatan penjelas untuk menerangkan mengapa orang sama menganggap penting
suaitu isu.
2. Mempunyai
kekuatan memprediksi bahwa jika orang mengekspos pada satu media yang sama,
mereka akan merasa isu yang sama itu penting.
3. Dapat
dibuktikan salah jika orang-orang tidak mengekspos media yang sama maka mereka
tidak akan mempunyai kesamaan bahwa isu itu penting.
Menurut Stephan W. Littlejohn, agenda setting ini
beroperasi dalam 3 bagian :
a. Agenda
media massa itu sendiri harus diformat.
b. Agenda
media dalam banyak hal memengaruhi / berinteraksi dengan agenda public.
c. Agenda
public memengaruhi / berinteraksi ke dalam agenda kebijakan.
Beberapa dimensi untuk memperjelas
3 agenda (media, khalayak, kebijakan):
Contoh: Kasus
yang terjadi pada zaskia gotik dengan Vicky Prasetio yang diberitakan bahwa
pernikahan mereka digagalkan karenakan Vicky yang hanya seorang penipu para
wanita saja dan sampai saat ini yang ada difikiran khalayak hanyalah Vicky yang
memang seorang penipu saja. Dengan demikian berita ini mengundang banyak media
massa untuk memberitakan tentang ini dan media lupa akan berita yang sebelumnya
juga penting untuk diberitakan.
- Media
Critical Theory
Beberapa teori
study budaya dan ekonomi politik juga bisa dikaitkan dengan teori kritis. Sebab
teori-teori itu secara terbuka menekankan perlunya evaluasi dan kritik terhadap
status quo. Serta membangun pertanyaan dan menyediakan alternative jalan untuk
menginterpretasikan hukum social media massa. Teori ini sering menganalisis
secara khusus lembaga social, penyelidikan social untuk yang dinilai objektif
adalah mencari dan mencapai. Tema pokok dalam teori ini adalah bahwa isi
produksi juga memperkuat status quo dan mengurangi usaha yang berguna bagi
perubahan social yang konstruksi.
Jika media massa
menonjolkan isu gerakan secara terus-menerus menentang otoritas keberadaan
elite dan membuat permintaan bagi perubahan social, media massa tersebut tidak
mendukung status quo, dan ini menjadi tujuan teori kritis media. Teori media
kritis merupakan alternative baru dalam usaha memahami seluk-beluk media dan
bagaimana media itu harus bersikap untuk tidak mengukuhkan status quo.
Contoh
: “Dua Sisi” yang di tayangkan pada chanel RCTI setiap sore itu yang
menginformasikan hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan, tetapi malah
melakukannya, padahal itu sebenarnya sangat berbahaya untuk digunakan atau
dikonsumsi oleh masyarakat. Jadi reporter yang telah menyelidiki dan memberikan
info kepada masyarakat supaya tidak terjebak dengan hal tersebut.
C. Teori
Komunikaso Massa Menurut Buku Karangan H. Syaiful Rohim, M.Si.
- Formula
Laswell
Teori
ini menurut Laswell yaitu ungkapan yang merupakan cara sederhana untuk memahami
proses komunikasi massa adalah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut:
a. Siapa
(Who)
b. Berkata
apa (Says What)
c. Melalui
saluran apa (In Which Cannel)
d. Kepada
siapa (To Whom)
e. Dengan
effek apa? (With What Effect?)
Ungkapan
yang sangat sederhana atau terlalu menyederhanakan suatu fenomena komunikasi
massa, telah membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur pada kajian
terhadap komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan komponen-komponen dalam
proses komunikasi massa, Laswell sendiri menggunakan formula ini untuk
membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi.
Contoh
: PT Unilever yang memperkenalkan produk barunya kepada masyarakat luas berupa
sabun Lifebuoy yang dapat mempersehat kulit dan dapat menjaga kelembaban kulit
setiap hari melalui iklan di Televisi. Akibatnya banyak masyarakat yang
bergegas untuk membeli sabun tersebut.
PT Unilever (who) yang
memperkenalkan produk barunya kepada masyarakat luas berupa sabun Lifebuoy yang
dapat mempersehat kulit dan dapat menjaga kelembaban kulit setiap hari (says
what) melalui iklan di Televisi (in which channel). Akibatnya banyak masyarakat
yang bergegas untuk membeli sabun tersebut (with what effect).
- Pendekatan
Transmisi
Teori ini yang termasuk dalam
pendekatan transmisional pada dasarnya menjelaskan suatu proses komunikasi
dengan melihat komponen-komponen yang terkandung didalamnya dan rangkaian
aktivitas yang terjadi antara satu komponen dengan komponen lainnya
(mengalirnya pesan / informasi).
Komunikasi dalam teori ini
digambarkan sebagai suatu proses yang linier dan searah. Yaitu proses dimana
pesan diibaratkan mengalir dari sumber dengan melalui beberapa komponen menuju
kepada tujuan (komunikan).
Pesan yang
dibuat oleh sumber dan kemudian disusun kembali oleh penerima hingga mencapai
tujuan, tidak selalu memiliki makna yang sama. Ketidakmampuan komunikator untuk
menyadari bahwa suatu pesan yang dikirimkan tidak selalu diterima dengan
pengertian yang sama, merupakan penyebab kegagalan bagi komunikasi.
Contoh
: Dalam sebuah televise, seorang pembawa acara menginformasikan mengenai kuis
interaktiv yang akan dimulai pada segmen ke-3. Tetapi karena hujan deras,
terjadi gangguan pada chanel televise tersebut sehingga penonton tidak dapat
menyaksikan informasi dengan jelas. Akibatnya, ketika segmen ke-2 banyak
penonton yang menelpon dan telpon tersebut diabaikan oleh pembawa acara karena belum
saatnya.
- Pendekatan
Psikologi Sosial
Fokus dari teori ini adalah
komunikasi antar kelompok dalam masyarakat yang berlangsung secara interaktif
dan dua arah. Pendekatan ini memandang sumber informasi, komunikator dan
penerima dalam suatu situasi komunikasi yang dinamis.
Teori ini menjelaskan bahwa
informasi mengenai suatu peristiwa dicari dari, atau didapat oleh, anggota
masyarakat dengan mengacu pada pengalaman pribadi, sumber dari kalangan elite,
media massa, atau sumber dari ketiganya. Relevansi dari teori ini terletak pada
situasi yang dinamis yang dihasilkan oleh hubungan antara public dan kekuatan
politik (elite) tertentu, pada sikap public terhadap media, dan pada hubungan
antara elite dan media.
Contoh
: Acara talk show di radio mendatangkan ahli kesehatan. Acara tersebut
bertujuan untuk memberikan informasi sekaligus sebagai media konsultasi
masyarakat. Tapi, selain narasumber yang ada di studio, acara tersebut
mempersilahkan dari para pendengar untuk bergabung apabila ingin konsultasi.
Sehingga acara tersebut tidak hanya memberikan informasi sumber, namun
informasi yang dimiliki pendengarpun dapat disampaikan ke studio melalui via
telepon. Tetapi narasumber yang dari para pendengar kadang suaranya kurang
jelas untuk didengar karena sinyal yang kurang baik.
4. Stimulus
Respon
Prinsip
ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek
merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu.elemen utama dari teori ini adalah:
a. Pesan
(stimulus)
b. Receiver
(organisme)
c. Efek
(respon).
Dalam
teori ini media dipandang sebagai obat yang disuntikkan kedalam pembuluh darah
audience, yang kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan. Ada
dua pemikiran yang mendasarinya:
a. Gambaran
mengenai suatu masyarakat modern yang merupakan agregasi dan individu yang
relative terisolasi yang bertindak berdasarkan kpentingan pribadinya, yang
tidak terlalu terpengaruh olehnkendala.
b. Suatu
pandangan yang dominan mengenai media massa yang seolah-olah sedang melakukan
kampanye untuk memobilisasi perilaku sesuai
dengan tujuan dari berbagai kekuatan yang ada dalam masyarakat.
Contoh
: Ketika tiba musim kampanye partai politik, berbagai kepentingan
berlomba-lomba untuk mempromosikan tentang partainya di radio. Salah satu
partai berhasil menampilkan citra partai yang humas dan pro kepada masyarakat,
sehingga masyarakat yang mendengar iklan tersebut dapat terpengaruhi. Dan
akhirnya ketika proses pemilihan, masyarakat banyak yang mendukung partai
tersebut dan partai tersebut mendapat suara terbanyak.
Partai yang menampilkan citra
partai yang humas dan pro kepada masyarakat (Pesan/stimulus), seluruh
masyarakat yang mendengar iklan tersebut (receiver), masyarakat yang memilih
partai tersebut sehingga mendapat suara terbanyak (effect) .
- Teori
Dependensi Mengenai Efek Komunikasi Massa.
Teori ini memfokuskan perhatiannya
pada kondisi structural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya
suatu efek media massa. Teori ini merupakan suatu pendekatan structural social
yang berangkat dari gagasan mengenai sifat suatu masyarakat modern (masyarakat
media), dimana media massa dapat dianggap sebagai system informasi yang
memiliki peran penting dalam proses pemeliharaan, perubahan dan konflik pada
tataran masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas social.
Audience, Sistem Media, Sistem
Sosial merupakan komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya, meskipun sifat hubungan ini
berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Dari ketiga komponen
tersebut bisa menentukan jenis efek tertentu sebagai hasil interaksi antara
ketiga variable tersebut. Setiap komponen dapat pula memiliki cara yang beragam
yang secara langsung berkaitan dengan perbedaan efek yang terjadi.
Macam dari efek:
- Kognitif
: menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap.
- Afektif
: menciptakan ketakutan dan kecemasan.
- Behavioral
: mengaktifkan/ menggerakkan atau meredakan.
Contoh : Salah seorang
DPR di iisukan melakukan nikah siri dengan seorang selebriti. Setelah ada
pemberitaan tersebut, baik seorang DPR maupun selebritis tersebut bergegas
melakukan konferensi pers untuk mengkonfirmasi dan menyegah supaya masyarakat
tidak mempercayai pemberitaan tersebut.
Seorang DPR dan selebriti adalah masyarakt modern
yang menggantungkan kestabilan dan penjagaan citranya pada media massa atau
pers. Sehingga mereka beranggapan ketika ada berita yang memojokkan mereka,
maka mereka akan segera menyanggahnya melalui media juga.
6. Teori
uses and Effects
Konsep
“use” atau penggunaan merupakan bagian yang sangat penting. Karena pengetahuan
mengenai penggunaan media dan penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman
dan perkiraan tentang hasil dari suatu komunikasi massa. Penggunaan media massa
dapat memilikibanyak arti. Ini dapat berarti “exposure” yang semata-mata
menunjuk pada tindakan mempersepsi.
Contoh
: Iklan sepeda motor vario yang hemat bahan bakar. Dalam iklan tersebut
dijelaskan bahawa kualitas vario lebih bagus dari sepeda motor lainnya. Dan
bahan bakarnya begitu hemat, lincah dalam berkendara serta mempunyai body yang
ramping. Effeknya masyarakat yang dulunya tidak suka dengan vario, karena iklan
tersebut masyarakat menjadi tertarik dengan sepeda motor vario tersebut.
7. Teori
Information Seeking.
Teori
ini menjelaskan tentang pencarian, penghindaran dan pemrosesan informasi,
disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi social tentang kesesuaian sikap.
Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang cenderung untuk menghindari
informasi yang tidak sesuai dengan “image of reality-nya” karena terasa
membahayakan.
Konsep
image ini mengacu pada pengalaman yang diperoleh sepanjang hidup seseorang dan
terdiri dari berbagai tujuan, keyakinan dan pengetahuan yang telah dicapainya.
Image terdiri dari konsep diri seseorang, termasuk evaluasinya terhadap
kemampuan dirinya dalam mengatasi berbagai situasi. Image of reality terdiri
dari suatu perangkat penggunaan informasi yang mengatur perilaku seseorang
dalam mencari dan memproses informasi.
Contoh :
Seseorang yang fanatic sekali terhadap satu band tertentu, akan menghindari
pemberitaan di media yang memberitakan keunggulan band lain.
Seorang yang fanatic terhadap satu
band tersebut merasa bahwa pemberitaan media yang memberitakan
keunggulan band lain tidak sesuai dengan image of reality dirinya, sehingga ia
akan menghindari pemberitaan tersebut.
D. Teori
Komunikasi Massa Menurut Buku Karangan Joseph A. Devito
1. Teori
Dua Langkah
Para periset
menemukan menemukan bahwa orang lebih dipengaruhi oleh orang lain daripada oleh
media massa (terutama surat kabar/radio). Mereka yang menyebarkan pengaruh ini
adalah pembawa pengaruh (opinion leader). Komunikasi massa, kata para periset,
tidak secara langsung mempengaruhi orang. Menurut pandangan ini, pesan dari
media mempengaruhi pembawa pengaruh. Kemudian pembawa pengaruh mempengaruhi
rakyat banyak dalam situasi yang lebih bersifat antarpribadi.
Contoh
: Pemerintah membuat banyak buku bacaan mengenai pelajaran dan soal-soal latian
untuk anak SD. Buku tersebut disebarkan ke seluruh Sekolah Dasar di Indonesia.
Kemudian guru lah yang menjelaskan materi kepada para siswanya supaya siswanya
mengerti tentang pelajarannya.
Buku bacaan ( Media Massa), Guru
(Opinion Leader), Siswa (Individu)
2. Multi
Step Flow Theory (Teori Banyak Tahap)
Sebagian besar
orang menerima efek media dari tangan kedua, yaitu opinion Leaders (para pemuka
pendapat) yang memiliki akses lebih dalhulu pada media massa).
Teori arus multi
tahap mendapat kritik juga. Orang –orang dalam kelas social yang berbeda
membuat interpretasi berbeda pula tentang media. orang-orang cenderung
berbicara dengan orang lain yang memiliki kesamaan dalam pendidikan, pekerjaan
dan latar belakang keluarga. Mereka cenderung menginterpretasi isi media
melalui diskusi dengan kelompok dari orang-orang yang disebut interrelative
communities atau peer group.
Contoh
:Siswa SMP yang mendapat undangan dari sekolahnya yang diberikan kepada orang
tuanya untuk datang ke sekolah. Tapi anak tersebut membacakan isi undangan
tersebut dan menjelaskan kepada orang tuanya bahwa ia disuruh ke sekolahnya
besuk dengan keperluan mengambil laporan hasil belajarnya.
E. Teori
Komunikasi Massa Menurut Buku Karangan Elvinaro Ardianto
- Selective
Processes Theory (Teori Proses Selective)
Teori proses selectif ini merupakan
hasil penelitian lanjutan tentang efek media massa pada perang Duania II yang
mengatakan bahwa penerimaan selektif media massa mengurangi sejumlah dampak
media. Teori ini menilai orang-orang cenderung melakukan selective exposure
)terpaan selektif). Mereka menolak pesan yang berbeda dengan kepercayaan
mereka.
Contoh : Perbedaan
aliran agama Islam antara Muhammadiyah dengan NU, yang keduanya pasti tidak
akan mempercayai yang bukan alirannya dan pasti akan menolak jika diajak untuk
bergabung dengan yang bukan alirannya.
- Social
Learning Theory (teori pembelajaran Sosial)
Selama beberapa tahun kesimpulan
Klapper dirasakan kurang memuaskan. Penelitian dimulai lagi dengan memakai
pendekatan baru, yang dapat menjelaskan pengaruh media yang tak dapat disangkal
lagi, terutama televise terhadap remaja. Kemudian muncullah teori baru ini.
Teori ini kini di aplikasikan pada perilaku konsumen, kendati pada awalnya
menjadi bidang penelitian komunikasi massa yang bertujuan untuk memahami efek
terpaan media massa.
Berdasarkan hasil penelitian Albert
Bandura, teori ini menjelaskan bahwa pemirsa meniru apa yang mereka lihat di
televise, melalui suatu proses observational learning (pembelajaran hasil
pengamatan).
Contoh : Seorang
remaja yang setelah menonton sebuah sinetron, ia kemudian membeli baju baru
yang mirip dengan baju yang di pakai oleh artis pada sinetron yang ia lihat
tadi.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto,
Elvinaro dkk. 2004. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media
Devito,
Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Tangerang Selatan: KARISMA Publishing
Group
Mufid,
Muhammad. 2007. Komunikasi Dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana
Nurrudin. 2007. Pengantar
Komunikasi Massa. Jakarta: Gofindo Persada
Rakhmat,
Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar